Beranda
Budaya
Destinasi Wisata
Lombok
NTB
Desa Sade Lombok, Daya Tarik Wisata & Rute Desa Adat Sade

Desa Sade Lombok. Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat bukan hanya tentang Gunung Rinjani yang tinggi menjulang, juga bukan hanya tentang border pantai-pantai menawan. Lebih dari itu, eskotika Lombok lebih kentara melalui budaya masyarakat pribumi, yakni Suku Sasak.

Sebagaimana Suku Osing di Banyuwangi, Suku Sasak di Lombok terkenal kekeh mempertahankan adat tradisi nenek moyang. Hingga saat ini semua itu masih bisa kita jumpai, terutama di beberapa desa tradisional Sasak yang seolah tidak sedikitpun tersentuh modernisasi.

Sebelumnya telah terpublikasikan perihal Desa Senaru di kaki Rinjani. Juga, Desa Gumantar yang yang merupakan awal perkampungan di Lombok Utara. Selain itu masih ada beberapa desa adat lagi, satu di antaranya yang akan kita kenal lebih dekat di sini, Desa Sade namanya.

Daya Tarik Desa Sade Lombok

Secara visual, keunikan Desa Adat Sade menonjol melalui arsitektur vernakuler rumah adatnya. Masyarakatnya benar-benar mempertahankan keaslian dan keutuhan rumah tradisional. Dibangun menggunakan teknik dan material lokal untuk merealisasikan fungsi sosial budayanya.

Berdiri di lahan seluas sekitar lima hektar, Desa Adat Sade merupakan salah satu dusun di Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Desa konservasi sebagai pelestari budaya yang telah ada sejak 600 tahun yang lalu dan telah menjadi tujuan wisata sejak masa Hindia Belanda.

Seiring makin sulitnya dijumpai arsitektur vernakuler di zaman modern, dengan sendirinya Desa Sade menawarkan sesuatu yang eksotik yang menunjang pariwisata Pulau Lombok. Sebagai desa wisata, Sade mulai disahkan tahun 1990 oleh Presiden RI ke-3, Bapak Bj. Habibi.

Seiring berjalannya waktu, desa ini semakin diminati, baik oleh wisatawan nusantara maupun turis mancanegara. Lebih dari daya tarik rumah adat, Desa Sade juga merupakan tujuan wisata populer untuk berbelanja kain tenunan, aksesoris, batik serta pakaian adat Suku Sasak.

Perempuan Sade sangat piawai menenun, karena sudah menjadi semacam keharusan mereka. Adapun laki-lakinya secara tradisi merupakan para petarung. Hal ini dapat dilihat dari salah satu kesenian tradisionalnya, yakni Peresean. Stick Fighting, orang-orang bule menyebutnya.

Keunikan lain dari Desa Sade Lombok adalah gaya atau pola hidup masyarakatnya yang sangat tradisional dan menjunjung tinggi kearifan lokal. Mayoritas beragama Islam, namun sebagian masih menganut Islam Wetu Telu yang hanya mengerjakan sholat tiga kali dalam sehari.

Masyarakat Sade yang jumlahnya sekitar 700 jiwa juga memiliki tradisi unik dalam hal perkawinan. Pernikahan di sana masih dilakukan dalam satu rumpun demi menjaga keaslian warganya. Uniknya lagi, ketika akan menikah, perempuan harus diculik dulu oleh pihak laki-laki.

{next}

Perihal Rumah Adat Sasak Sade

Rumah Adat Sade yang unik menampung 700 orang yang terdiri dari 152 kepala keluarga (KK) dalam 7 Rukun Tetangga (RT). Sejumlah 152 rumah tetap dipertahankan keasliannya. Ketika membangun, mereka merujuk papan warige dari primbon tapel adam dan tajul muluk.

Masyarakat Sasak Sade biasa membangun rumah di bulan ke-3 dan ke-12 dalam penanggalan Sasak yakni Rabiul Awal dan Dzulhijjah. Mereka pantang membangun ketika Muharram dan Ramadhan karena diyakini mengundang hal-hal buruk. Penyakit dan sulit rezeki misalnya.

Masyarakat di Desa Sade juga selektif dalam penempatan rumah yang akan dibangun. Salah satunya, mereka pantang membangun rumah berlawanan arah atau ukurannya berbeda dari rumah yang lebih dulu ada. Melanggar konsep itu dianggap melawan tabu (maliq lenget).

Rumah di Desa Sade terdiri dari beraneka Bale beratapkan jerami. Masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Ada Bale Lumbung, Bale Tani, Bale Jajar, Berugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah, Bale Tajuk, Bale Gunung Rate, Bale Balaq dan Bale Kodong.

Di antara bale-bale tersebut, Bale Tani merupakan yang utama. Selain karena difungsikan sebagai tempat tinggal sehari-hari, bale ini mewakili keaslian bahan material serta sarat dengan nilai filosofis. Disebut Bale Tani karena dihuni oleh mereka yang berprofesi petani.

Bale Bonter merupakan rumah para pejabat desa dan untuk persidangan adat. Bale Kodong merupakan rumah tinggal orang-orang jompo atau mereka yang baru menikah namun belum punya tempat tinggal. Begitu juga bale-bale lain yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri.

Keunikan lain dari rumah adat Sade adalah cara perawatan lantainya. Di waktu-waktu tertentu, masyarakat melumurinya dengan kotoran kerbau yang dicampur sedikit air. Fungsinya agar hangat dan dijauhi nyamuk. Lantainya terbuat dari tanah liat dan sekam padi.

{next}

Lokasi dan Rute ke Desa Sade

Sade Village merupakan nama populer dalam pariwisata untuk mewakili Dusun Sade. Lokasinya berada di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Pintu masuk desa adat ini berada di jalan raya Kuta Lombok sehingga mudah untuk menemukannya.

Apabila sobat traveler berangkat dari Mataram, Anda bisa mengunjungi desa tradisional Sasak ini dengan berkendara sekitar 45 km dalam durasi sekitar 1 jam. Lebih dekat jika berangkat dari Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, sekitar 10 km atau 14 menit berkendara. Lihat Peta.