Budaya Destinasi Wisata Yogyakarta

Candi Ratu Boko Yogyakarta - Sejarah, Fasilitas & Harga Tiket Masuk

0 Komentar
Beranda
Budaya
Destinasi Wisata
Yogyakarta
Candi Ratu Boko Yogyakarta - Sejarah, Fasilitas & Harga Tiket Masuk

Istilah candi dalam bahasa Indonesia secara umum mewakili sebuah bangunan tempat ibadah peninggalan purbakala Hindu-Buddha. Namun, bagaimana dengan Candi Ratu Boko di Yogyakarta? yang di lokasinya tertulis "keraton" di awal namanya. Menurut Legenda Roro Jonggrang, situs ini adalah sisa-sisa reruntuhan kerajaan Ratu atau Prabu Boko, ayah "gadis langsing" tersebut.

Berdasarkan legenda itu juga situs purbakala ini terhubung dengan Candi Prambanan dan Candi Sewu. Adapun ketika merujuk pada prasasti, nama aslinya adalah Abhayagiriwihara (biara di bukit penuh kedamaian) sehingga benar juga jika ini adalah kompleks candi. Ada juga yang mengatakan Ratu Boko merupakan bagian dari kerajaan yang berfungsi sebagai tempat ibadah khusus keluarga raja.

Sebuah bangunan arsitektur purba, sejarahnya masih berselimutkan misteri. Terlebih jika terdapat dongeng lokal yang menyertainya. Jadi, jika sobat pembaca adalah traveler penyuka sejarah dan budaya, datangi saja Candi Ratu Boko Yogyakarta. Kagumi arsitekturnya sembari mencari tahu info lebih lanjut tentang sejarahnya. Artikel ini akan menjadi pengantar maya petualangan wisata Anda.

Sejarah Ratu Boko Yogyakarta

Ada perkiraan Candi Ratu Boko atau Keraton Ratu Boko mulai dibangun oleh raja dari Wangsa Syailendra pada kisaran abad ke-8. Prasasti Abhayagiriwihara yang berangka tahun 792 M adalah bukti tertulis yang ditemukan. Abhaya berarti damai atau bebas dari bahaya, giri berarti gunung atau bukit, dan wihara adalah tempat ibadah penganut agama Buddha. Abhayagiriwihara berarti biara di atas bukit penuh kedamaian.

Prasasti itu menyebutkan bahwa Raja Tejahpurnapane Panamkarana telah memerintahkan pembangunan Abhayagiriwihara. Ada dugaan bahwa raja itu adalah Rakai Panangkaran (746-784 M). Ada yang mengatakan Rakai Penangkaran mengundurkan diri sebagai raja demi ketenangan rohani. Ia ingin memusatkan pikiran pada masalah keagamaan sehingga dibangunlah wihara bernama Abhayagiri pada tahun 792 M.

Abhayagiri merupakan bangunan berlatar belakang agama Buddha karena Rakai Penangkaran adalah penganut Buddha. Hal ini dibuktikan dengan adanya Arca Dyani Buddha. Namun, karena kemudian hari kekuasaan diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu, bangunan ini pun selanjutnya dipengaruhi oleh Hinduisme dan Buddhisme. Unsur-unsur Hindu bisa diketahui dengan adanya Arca Durga, Ganesha, dan Yoni.

Menariknya, kompleks yang dulunya hadir sebagai tempat peribadatan ini diduga diubah menjadi keraton. Lengkap juga dengan benteng pertahanan bagi raja bawahan yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni (898-908 M). Nama Abhayagiri pun berganti menjadi Kraton Walaing. Menurut Prasasti Siwagrha, tempat ini berfungsi sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan ratusan batu oleh Balaputra.

Meski demikian, tidak sedikit yang meragukan bahwa pernah ada istana di dataran ini. Terlebih jika kita hubungkan dengan Legenda Ratu Boko. Salah satu alasan yang mendasari keraguan tersebut adalah batuan dasar yang merupakan batuan kapur. Batuan kapur sangat berpori, sehingga air tidak mungkin bisa bertahan lama. Jika pernah ada kerajaan, tempat ini harusnya menampung ratusan orang yang tinggal.

Pada era 1950an, dataran ini hanya menampung beberapa keluarga petani. Dan, masalah utama mereka adalah kekurangan air. Apabila memang tetap dihubungkan dengan kerajaan, masih ada asumsi yang lebih masuk akal, yakni Ratu Boko merupakan bagian dari kerajaan yang luas. Kegiatan kerajaan dapat dilakukan di dataran rendah, sementara di dataran tinggi berfungsi untuk ritual khusus keluarga kerajaan.

Daya Tarik dan Aktivitas Wisata

Keraton Ratu Boko merupakan kompleks sisa-sisa bangunan megah di sebuah bukit pada ketinggian 196 mdpl. Di sini, wisatawan akan merasakan kedamaian. Hal ini senada dengan nama prasastinya yang bermakna biara di bukit penuh kedamaian. Larut dalam ketenangan, sementara sejauh mata memandang hanya keindahan, lanskap kota Yogyakarta, Candi Prambanan yang berlatar belakang Gunung Merapi.

Area keseluruhannya adalah 25 H dan terbagi menjadi empat bagian. Di bagian tengah terdapat bangunan gapura utama, area lapang, Pasabean, Candi Pembakaran, kolam, dan batu berumpak. Bagian tenggara mencakup pendopo, balai-balai, beberapa candi, kolam, serta kompleks Keputren. Di bagian timurnya ada kompleks goa, stupa Buddha dan juga memiliki kolam. Sementara itu, di bagian barat hanya berupa perbukitan.

Dari pintu masuk, wisatawan biasa memulai penjelajahan dengan meniti tangga hingga di gapura. Sejauh ini gapura Candi Ratu Boko merupakan spot paling ikonik yang sering menjadi latar untuk berswafoto. Jika menggemari fotografi, banyak sekali sudut indah yang bisa Anda ambil gambarnya. Momen terbaiknya adalah ketika sore hari menjelang senja. Sunset di Ratu Boko adalah salah satu yang terbaik di Jogja.

Setelah memasuki gapura, hamparan rumput hijau dengan satu pohon besar menyambut dengan nuansa teduh. Area ini merupakan tempat favorit untuk bersantai setelah puas berkeliling di Keraton Ratu Boko. Dari sini, sobat traveler bisa lanjutkan menuju ke Paseban serta aula seperti bekas pendopo kerajaan. Berjalanlah lebih ke dalam lagi untuk menemukan reruntuhan batu yang tersusun sedemikian rupa.

Masih banyak spot untuk eksplorasi. Jangan lupa juga mengunjungi sumur penuh misteri di arah tenggara Candi Pembakaran. Konon, nama sumur tersebut adalah Amerta Mantana atau air suci bermantra. Banyak mitos sehubungan dengan sumur tersebut, salah satunya adalah keberuntungan bagi yang memanfaatkannya. Kunjungi juga dua goa yang ada, yakni Goa Lanang di atas dan Goa Wadon di bagian bawahnya.

Situs Ratu Boko adalah bangunan purbakala yang memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan situs-situs peninggalan lainnya. Secara keseluruhan tidak berupa candi atau kuil, melainkan seperti tempat tinggal. Pastikan menelusurinya lebih dalam agar mendapatkan lebih banyak lagi. Waktu kunjungan terbaik adalah sore hari. Sekitar pukul 17.00 WIB, keindahan matahari terbenam sudah bisa Anda nikmati di sini.

Fasilitas Wisata dan Harga Tiket

Bersama dengan Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Ratu Boko masuk dalam satu BUMN, yakni PT Taman Wisata Candi. Oleh karenanya, situs ini pun telah mengalami penataan ulang sebagai tempat pendidikan dan kegiatan budaya. Beberapa bangunan tambahan terlihat di depan gapura, yakni restoran dan Plaza Andrawina. Selain itu, ada juga camping ground dan fasilitas trekking, paket edukatif arkeologi.

Fasilitas lain yang tersedia di kompleks Keraton Boko adalah tempat ibadah berupa Mushola, kios-kios souvenir dan gazebo. Lahan parkirnya pun luas, serta terdapat sejumlah toilet atau kamar mandi umum. Sementara itu untuk akomodasi, dengan mudah Anda temukan beragam jenis penginapan, seperti hotel, guest house dan homestay. Penginapan terdekat hanya berjarak kurang dari satu kilometer saja.

KeteranganHarga
DewasaRp 40.000
Anak-anakRp 20.000
Tiket Terusan
Ratu Boko - Prambanan (Dewasa)Rp 85.000
Ratu Boko - Prambanan (Anak-anak)Rp 40.000
Ratu Boko - Borobudur (Dewasa)Rp 75.000
Ratu Boko - Borobudur (Anak-anak)Rp 35.000
Parkir Kendaraan
Parkir Roda 2Rp 5.000
Parkir Roda 4Rp. 10.000
Note: harga tiket masuk Ratu Boko di atas tidak selalu akurat, karena bisa berubah sewaktu-waktu.

Rute dan Lokasi Candi Ratu Boko

Keraton Ratu Boko berada di Gatak, Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY. Sekitar 16 km dari pusat kota Yogyakarta atau sekitar 3 km dari Candi Prambanan. Rute bisa dimulai dari Jl Laksda Adisutjipto dan Jl Raya Solo - Yogya ke arah timur. Di persimpangan Pasar Prambanan, belok kanan ke Jl Prambanan - Piyungan. Agar mudah, gunakan peta lokasi Di sini.